Senin, 21 Desember 2009

Seberapa amankah pemakaian deodorant??

Sebagian masyarakat pasti sudah tidak asing lagi dengan suatu produk kosmetik yang bernama deodoran. Deodorant merupakan solusi bagi permasalahan bau badan yang kerap kali menerpa kaum wanita dan pria Setiap hari kita memakainya untuk menghilangkan bau badan kita saat beraktivitas sehari-hari. Sebelumnya perlu diketahui bahwa bau badan tidak dikeluarkan oleh keringat. Bau badan timbul akibat aktivitas mikroba yang terdapat di kulit, yang menguraikan keringat dan menyebabkan bau tidak sedap. Deodorant mampu mengatasi permasalahan ini karena didalamnya terdapat zat yang disebut dengan antirespirant yang mampu mencegah air keringat keluar.
Deodoran yang beredar di masyarakat dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis. Jenis yang pertama adalah yang hanya berfungsi mengurangi atau menutupi bau badan dan jenis kedua adalah yang berfungsi mengurangi bau badan dan mengurangi produksi keringat oleh tubuh. Deodoran yang sangat banyak beredar di pasaran saat ini dan sering kita gunakan juga adalah jenis yang kedua.
Prinsip kerja dari deodoran jenis ini adalah mengurangi produksi keringat sehingga mengurangi kelembaban yang dibutuhkan bakteri untuk tumbuh. Bahan aktif untuk mengurangi produksi keringat yang umumnya terdapat dalam deodoran adalah alumunium klorohidrat. Alumunium klorohidrat bereaksi dengan elektrolit dalam keringat untuk membentuk sumbat dalam saluran keringat. Dengan adanya sumbat ini, keringat tidak bisa dikeluarkan dari kelenjar keringat, yang artinya pengeluaran keringat terhenti.
Sebenarnya, alumunium klorohidrat merupakan salah satu jenis senyawa yang neurotoksik ( racun syaraf ). Hal inilah yang menyebabkan alumunium klorohidrat sering dihubungkan dengan penyakit Alzheimer(penurunan fungsi saraf otak). Selain itu, penggunaan alumunium klorohidrat dalam deodoran juga sering disebut-sebut sebagai pemicu munculnya kanker payudara pada wanita. Hal tersebut didasarkan pada pendapat bahwa deodoran digunakan secara teratur pada kulit ketiak ( yang terletak di dekat payudara ) dapat diabsorbsi ke dalam tubuh oleh kulit dan menyebabkan efek seperti hormon estrogen. Hormon estrogen sendiri diketahui memiliki aktivitas meningkatkan pertumbuhan sel kanker payudara. Selain itu bahan tersebut membuat keringat yang mengeluarkan zat-zat beracun dalam tubuh tidak dapat keluar. Hasilnya , zat-zat beracun tersebut tertimbun di dalam di kelenjar getah bening dibawah lengan. Asal kanker payudara kebanyakan ditemukan di area bagian atas payudara.


Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan keterkaitan tersebut. Namun hingga saat ini belum ada penelitian yang membuktikan adanya hubungan sebab-akibat yang jelas antara alumunium klorohidrat dengan penyakit Alzheimer dan kanker. Pada penderita Alzheimer dan kanker memang ditemukan kandungan alumunium klorohidrat dengan kadar yang cukup besar dalam tubuh. Namun hal ini tidak membuktikan bahwa penyebab kanker dan Alzheimer tersebut adalah alumunium klorohidrat yang terdapat dalam deodoran.
Selain alumunium klorohidrat, bahan-bahan yang biasanya terkandung dalam deodoran seperti paraben dan formaldehid ( umumnya digunakan sebagai pengawet ), serta ftalat ( umumnya sebagai pengharum ), juga sering dikatakan berefek toksik pada tubuh. Paraben dicurigai sebagai pemicu kanker payudara karena diketahui dapat meniru aktivitas estrogen dalam sel tubuh. Kandungan paraben dalam deodoran dapat dengan mudah diketahui dengan membaca daftar komposisi bahan-bahan pada deodoran, dengan nama methylparaben, propylparaben, butylparaben, atau  benzylparaben. Walaupun keterkaitan paraben dengan kanker payudara juga belum terbukti, banyak produk deodoran saat ini yang sudah tidak menggunakan paraben sebagai pengawetnya. Ftalat, yang biasanya digunakan sebagai pengharum dalam deodoran, juga ditemukan dapat menyebabkan kanker hati dan cacat lahir pada hewan penelitian. Sebagai solusinya, kita dapat memilih deodoran dengan kandungan minyak esensial alami sebagai pengharumnya.
Bagaimanapun, belum terbukti bukan berarti tidak benar. Untuk tindakan pencegahan, sebaiknya kita mulai mencari alternatif pengganti. Cara yang paling sederhana adalah dengan menggunakan soda kue yang dicampur dengan perasan air jeruk, lalu dioleskan pada ketiak. Jika kita tetap ingin menggunakan produk deodoran dengan alasan kepraktisan, hendaknya sebelum memilih suatu produk deodoran, kita membaca dan memperhatikan kandungan bahan-bahan di dalam produk deodoran tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar